Rindu
Aku ini anak pertama dari dua bersaudara.
Usiaku dan adikku berbeda 7 tahun, itu membuat kami jarang akur dan mempunyai
pemikiran yang berbeda. Kadang kami bisa akur dan bersama ketika sikap
kekanak-kanakanku muncul. Terkadang aku merasa senang mempunyai adik yang
sepemikirannya sama dengan pemikiran kekanak-kanakanku. Tapi tidak bisa dipungkirin, umurku yang tidak
seumuran dengannya mempunyai beban hidup yang lebih besar dan berat, dan dia
bukan tempat curhat yang tepat untukku.
Malah kadang aku terlalu kesal dengan kelakuannya yang pandai sekali
memfitnahku di depan orang tuaku. Sering aku berpikiran untuk memiliki seorang
kakak laki-laki yang bisa mendengarkan curhatanku, terutama dalam hal
percintaan. Tapi itu SANGAT mustahil,
mana mungkin seorang yang telah ditakdirkan menjadi kakak akan memiliki kakak.
Ya kecuali kakak ketemu gede, dari kecil aku senang sekali bermain dengan anak
laki-laki hingga SMP, tapi setelah SMA teman dekatku hanya perempuan. Aku
mengenal beberapa senior laki-laki di SMA, tapi tak seorangpun yang ingin aku
jadikan kakakku.
Dan akhirnya aku mempunyai teman laki-laki
yang bisa aku curhatin. Tapi sepertinya dia tidak suka dengan apa yang aku
ceritakan, dan ketika aku memintanya menjadi kakakku dia tak mau. Tapi aku
masih saja bercerita tentang masalah pribadiku kepadanya, hingga akhirnya aku
jatuh cinta padanya. Dia tahu tentang perasaanku padanya, dan dia hanya
mempermainkan perasaanku hingga 3 tahun lebih. Dari awal aku mengenalnya di
kelas 1 SMA hingga awal aku memasuki bangku perkuliahan.
Sungguh aku membenci laki-laki itu, dia
benar-benar hanya mempermainkan perasaanku. Hingga kini aku masih suka mengutuk
dirinya. Dan aku bahagia ketika dia sekarang sudah makin membesar dan jelek.
Aah sayang sekali kau kini menjadi buruk, lebih buruk dari yang ku bayangkan.
HAHA
Tapi setelah aku lulus SMA beberapa tahun
yang lalu, aku dekat dengan seorang
laki-laki baik, lucu, penyabar, dan yang pasti menerima aku apa adanya.
Menerima kekanak-kanakanku, sabar menghadapi kelakuanku yang menyebalkan. Dia
selalu membuatku tersenyum, tertawa ketika aku sedang sedih. Dia pas sekali
untuk menjadi seorang kakak untukku, selain dia anak terakhir dikeluarganya dia
juga membuatku nyaman ketika bercerita.
Tapi kami hanya saling kenal di sms dan
telpon. Dia manusia aneh yang di kirimkan Tuhan melalui pesan singkat yang di
sengaja dia kirim dengan asal memencet nomor nelpon. Aku tak benar-benar ingat
kejadiannya, kapan dan seperti apa aku mengenalnya. Tapi dia yang bercerita kalau kami saling
kenal lewat sms nyasar yang dimulai darinya.
Setelah beberapa bulan kami mengenal, dia
ingin main kekosku. Kami berbeda kota, kota kami sangat jauh, membutuhkan waktu
berjam-jam dengan kendaraan umum. Tapi dia tetap nekat dari rumahnya ke
tempatku hanya menggendarai sepedah motor tuanya. Dia sebenernya sudah bilang akan ke tempatku, dan aku
mengiyakan karena seingatku aku tidak memiliki acara. Tapi karena buruknya
ingatanku, akupun tak ingat di hari yang sama aku punya acara dengan anak-anak
kampus di luar.
Saat aku sedang bersama teman-teman aku
mendapatkan sms darinya, dan mengabariku bahwa dia sudah ada di kotaku. Aku
memberi tahu keberadaanku, dan ketika dia sedang menyusulku, aku dan
teman-temanku pergi ketempat
makan yang entah dimana aku tak tahu jelas. Akhirnya kami gagal bertemu.
Mungkin Tuhan belum mengizinkan kami bertemu saat itu. Aku yakin perasaannya
saat itu pasti sangat kecewa, jauh-jauh nekat hanya untuk bertemu denganku tapi
ternyata sia-sia.
Dengan berjalannya waktu, aku dan dia semakin
akrab, aku semakin nyaman ketika bercerita dengannya. Aku bercerita banyak hal
dengannya, mungkin hampir semua yang aku alami tiap harinya aku ceritakan
padanya. Dia benar-benar seperti kakak kandungku. Ah ‘Tuhan terima kasih kau telah
mengirimkan dia padaku’. Karena rasa
nyaman itu akupun mulai merasakan jatuh cinta padanya, aku menyayanginya, entah
itu rasa sayang hanya sebatas kakak-adik atau rasa sayang antara perempuan dan
laki-laki yang jelas aku bahagia dan senang ketika mendapat kabar darinya.
Sehari saja aku tak mendapat kabar darinya
akupun merasakan gelisah, apa lagi yang aku tahu dia sudah memiliki kekasih,
dan sering juga kekasihnya melabrakku. Sungguh aku merasa kesal ketika wanita
itu mulai mengusikku. Akupun tak berani memberi kabar terlebih dahulu pada
kakakku, aku hanya terdiam menunggu kabarnya terlebih dahulu. Aku takut ketika
aku sms duluan wanita terkutuknya itu akan mengusikku. Aku tak pernah
berpikiran untuk merusak hubungan mereka, walaupun aku menyayanginya. Sungguh,
aku tak ingin mendapatkan karma dari Tuhan, aku tak berani untuk merusak
hubungna mereka. Walaupun wanita terkutuk itu sangat terkutuk.
Dan dengan izin Tuhanpun kami akhirnya di
pertemukan di salah satu tempat perbelanjaan besar di ibu kota. Dia bukan saja
bertemu dengan ku, tapi dia juga bertemu dengan kedua orang tuaku dan adikku.
Senang rasanya akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Dan melihat langsung senyum
bahagianya ketika bertemu denganku.
Tapi dengan berjalannya waktu, hubungan kami
sekarang tak sebaik dulu. Ah “kakak
aku merindukanmu.”