expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 20 Januari 2014

note



Rindu

Aku ini anak pertama dari dua bersaudara. Usiaku dan adikku berbeda 7 tahun, itu membuat kami jarang akur dan mempunyai pemikiran yang berbeda. Kadang kami bisa akur dan bersama ketika sikap kekanak-kanakanku muncul. Terkadang aku merasa senang mempunyai adik yang sepemikirannya sama dengan pemikiran kekanak-kanakanku. Tapi tidak bisa dipungkirin, umurku yang tidak seumuran dengannya mempunyai beban hidup yang lebih besar dan berat, dan dia bukan tempat curhat yang tepat untukku. Malah kadang aku terlalu kesal dengan kelakuannya yang pandai sekali memfitnahku di depan orang tuaku. Sering aku berpikiran untuk memiliki seorang kakak laki-laki yang bisa mendengarkan curhatanku, terutama dalam hal percintaan. Tapi itu SANGAT mustahil, mana mungkin seorang yang telah ditakdirkan menjadi kakak akan memiliki kakak. Ya kecuali kakak ketemu gede, dari kecil aku senang sekali bermain dengan anak laki-laki hingga SMP, tapi setelah SMA teman dekatku hanya perempuan. Aku mengenal beberapa senior laki-laki di SMA, tapi tak seorangpun yang ingin aku jadikan kakakku.
Dan akhirnya aku mempunyai teman laki-laki yang bisa aku curhatin. Tapi sepertinya dia tidak suka dengan apa yang aku ceritakan, dan ketika aku memintanya menjadi kakakku dia tak mau. Tapi aku masih saja bercerita tentang masalah pribadiku kepadanya, hingga akhirnya aku jatuh cinta padanya. Dia tahu tentang perasaanku padanya, dan dia hanya mempermainkan perasaanku hingga 3 tahun lebih. Dari awal aku mengenalnya di kelas 1 SMA hingga awal aku memasuki bangku perkuliahan.
Sungguh aku membenci laki-laki itu, dia benar-benar hanya mempermainkan perasaanku. Hingga kini aku masih suka mengutuk dirinya. Dan aku bahagia ketika dia sekarang sudah makin membesar dan jelek. Aah sayang sekali kau kini menjadi buruk, lebih buruk dari yang ku bayangkan. HAHA
Tapi setelah aku lulus SMA beberapa tahun yang lalu, aku dekat dengan seorang laki-laki baik, lucu, penyabar, dan yang pasti menerima aku apa adanya. Menerima kekanak-kanakanku, sabar menghadapi kelakuanku yang menyebalkan. Dia selalu membuatku tersenyum, tertawa ketika aku sedang sedih. Dia pas sekali untuk menjadi seorang kakak untukku, selain dia anak terakhir dikeluarganya dia juga membuatku nyaman ketika bercerita.
Tapi kami hanya saling kenal di sms dan telpon. Dia manusia aneh yang di kirimkan Tuhan melalui pesan singkat yang di sengaja dia kirim dengan asal memencet nomor nelpon. Aku tak benar-benar ingat kejadiannya, kapan dan seperti apa aku mengenalnya. Tapi dia yang bercerita kalau kami saling kenal lewat sms nyasar yang dimulai darinya.
Setelah beberapa bulan kami mengenal, dia ingin main kekosku. Kami berbeda kota, kota kami sangat jauh, membutuhkan waktu berjam-jam dengan kendaraan umum. Tapi dia tetap nekat dari rumahnya ke tempatku hanya menggendarai sepedah motor tuanya. Dia sebenernya sudah bilang akan ke tempatku, dan aku mengiyakan karena seingatku aku tidak memiliki acara. Tapi karena buruknya ingatanku, akupun tak ingat di hari yang sama aku punya acara dengan anak-anak kampus di luar.
Saat aku sedang bersama teman-teman aku mendapatkan sms darinya, dan mengabariku bahwa dia sudah ada di kotaku. Aku memberi tahu keberadaanku, dan ketika dia sedang menyusulku, aku dan teman-temanku pergi ketempat makan yang entah dimana aku tak tahu jelas. Akhirnya kami gagal bertemu. Mungkin Tuhan belum mengizinkan kami bertemu saat itu. Aku yakin perasaannya saat itu pasti sangat kecewa, jauh-jauh nekat hanya untuk bertemu denganku tapi ternyata sia-sia.
Dengan berjalannya waktu, aku dan dia semakin akrab, aku semakin nyaman ketika bercerita dengannya. Aku bercerita banyak hal dengannya, mungkin hampir semua yang aku alami tiap harinya aku ceritakan padanya. Dia benar-benar seperti kakak kandungku. Ah Tuhan terima kasih kau telah mengirimkan dia padaku. Karena rasa nyaman itu akupun mulai merasakan jatuh cinta padanya, aku menyayanginya,  entah itu rasa sayang hanya sebatas kakak-adik atau rasa sayang antara perempuan dan laki-laki yang jelas aku bahagia dan senang ketika mendapat kabar darinya.
Sehari saja aku tak mendapat kabar darinya akupun merasakan gelisah, apa lagi yang aku tahu dia sudah memiliki kekasih, dan sering juga kekasihnya melabrakku. Sungguh aku merasa kesal ketika wanita itu mulai mengusikku. Akupun tak berani memberi kabar terlebih dahulu pada kakakku, aku hanya terdiam menunggu kabarnya terlebih dahulu. Aku takut ketika aku sms duluan wanita terkutuknya itu akan mengusikku. Aku tak pernah berpikiran untuk merusak hubungan mereka, walaupun aku menyayanginya. Sungguh, aku tak ingin mendapatkan karma dari Tuhan, aku tak berani untuk merusak hubungna mereka. Walaupun wanita terkutuk itu sangat terkutuk.
Dan dengan izin Tuhanpun kami akhirnya di pertemukan di salah satu tempat perbelanjaan besar di ibu kota. Dia bukan saja bertemu dengan ku, tapi dia juga bertemu dengan kedua orang tuaku dan adikku. Senang rasanya akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Dan melihat langsung senyum bahagianya ketika bertemu denganku.
Tapi dengan berjalannya waktu, hubungan kami sekarang tak sebaik dulu. Ah kakak aku merindukanmu.

Kamis, 16 Januari 2014

Cerpen


Dejavu



Malam ini aku sedang berada di sebuah restaurant korea di dekat sekolahku. Restaurant ini bertema hanok, yang artinya rumah tradisional korea. Restaurant ini mengambil tema rumah tradisional korea, dan jika dilihat dari luar pinggiran atap melengkung ke atas, orang korea menyebutnya cheoma, dengan dinding berwarna merah, sangat mirip dengan hanok di korea. Ketika masuk aku disambut oleh seorang pelayan cantik yang memakai baju tradisional korea yaitu hanbok, dan aku melihat kertas tradisional korea yang disebut hanji terpasang di rangka jendela, pintu dan pelapis dinding. Lampu-lampu lentara berwarna-warni pun tergantung indah di langit-langit restaurant. Tempat makannya pun di lantai yang terbuat dari kayu anti rayap dengan bantal untuk duduk tanpa kursi dan meja makan yang rendah, tidak seperti restaurant lainnya yang menggunakan meja tinggi dan kursi untuk duduk. Aku mengambil tempat di dekat jendela, aku senang melihat lalu lalang diluar sana.
Makanan disini sangat lezat dibandingkan dengan tempat lain, tempat ini juga menyajikan menu kerajaan korea, seperti gujeolpan, sinseollo, doenjang jjigae, dan masih banyak lainnya. Restaurant yang belakangan ini menjadi sepi bernama Dongdaemun.  Tempat ini menjadi sepi karena nama baiknya yang tercoreng semenjak beberapa minggu yang lalu, ketika itu ada kasus pembunuhan yang katanya menewaskan seorang pelajar. Mesti begitu aku tetap suka dengan tempat ini, karena ini adalah satu-satunya restaurant korea yang terlezat di daerahku yang menjual makanan korea.
            “Min Jun, selamat datang, senang sekali anda masih datang kemari. Mau pesan apa?” Tanya salah satu pelayan tampan yang sudah hadir didepan meja makanku tanpa ku sadari.
            “Seperti biasa. Kata ku sambil tersenyum.
            San jeok, yujacha?”. Aku mengangguk pelan sebagai jawabannya, dan ia pun mencatat pesananku. “Tunggu sebentar, pesanan akan segera datang”.
            “Iya, terimakasih”. Pelayan itu pun pergi menuju dapur dan meninggalkan meja makanku.
            Aku melemparkan pandanganku ke setiap sudut restaurant ini. Masih sangat bagus, sayang sekali karena kasus pembunuhan itu tempat ini menjadi sangat sepi tidak seperti biasanya. Mungkin hanya aku yang menjadi pelanggan setianya. Kalau aku pikir, tempat ini tidak tampak angker, mungkin karena cerita orang-orang yang membuat tempat ini terkesan angker. Kata mereka korban pembunuhan itu masih berkeliaran di dalam sini dan tidak sedikit dari mereka yang melihat hantu gentayangannya. Haha, lucu sekali di zaman modernt seperti ini masih percaya dengan hal seperti itu.
“Maaf, sudah menunggu lama, ini pesanan anda, selamat menikmati Min Jun”. pelayan itu menyidangkan pesananku di meja.
            “Terimakasih. Maaf Kim”. Kataku pada pelayan yang bernama Kim sebelum ia meninggalkan mejaku.
            “Iya, apa ada tambahan?”
            “Oh ngga, aku hanya ingin bertanya, bagaimana kejadian pembunuhan pekan lalu bisa terjadi?” tanyaku penasaran.
“Oh maaf aku tidak tahu soal kejadian itu, karena waktu itu aku sedang libur.” Jawab Kim dengan menyesal tidak bisa memberi tahuku tentang kasus yang bikin aku penasaran. Aku penasaran bagaimana bisa tempat yang biasanya rame dikunjungi bisa terjadi adanya pembunuhan.
“Oh baiklah terima kasih.” Kataku lalu Kim pun meninggalkan mejaku.
Setelah beberapa lama makanan ku diamkan dan kini aku hanya memainkan sumpit dan mengacak-ngacak san jeok yang berada di piringku ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa lapar. Hanya ingin datang ketempat ini saja, karena aku kesal dengan kekasihku yang membatalkan kencan kami.
            Ketika aku sedang mengaduk-ngaduk makananku, aku sempat mendengar pembincangan dua orang perempuan yang duduk tepat dibelakangku. “Apa kau mengenal Min Jun Hae yang bersekolah di SMU depan sana?” Tanya seorang perempuan pada temannya.
            “Oh iya aku tau pelajar SMU Negeri 1 itu kan? Siswa keturunan korea itu? dia sangat cantik dan pandai. Aku pernah melihat saat acara debat antar SMU di sekolahku. Emang ada apa?” Jawab temannya.
            Mereka sedang membicarakanku? Pelajar di SMU Negeri 1 itu yang bernama Min Jun Haekan hanya aku, jadi aku yakin yang mereka bicarakan adalah aku. Pikirku, lalu aku semakin mempertajam pendengaranku untuk mendengarkan bincangan mereka berdua.
            “Kau tau pembunuhan yang terjadi disini?” “Itukan korbannya Min Jun Hae, dia di dorong oleh seorang laki-laki hingga meninggal”. Aku meninggal? Mana mungkin? Aku masih duduk disini dan masih mendengar perbincangan mereka. Gumamku
            “Ah kau tau dari siapa?”
            “Waktu itu kebetulan aku sedang makan di sini bersama kekasihku, aku melihat pertengkaran hebat antara dia dengan sepasang kekasih yang sedang makan disini. Tapi aku tidak tahu apa penyebabnya, karena tempat duduk kami berjauhan”
            “Ah mana mungkin dia membuat keributan disini”
            “Coba saja kau cari beritanya di internet, pasti ada.”
            Setelah aku mendengar perbincangan mereka aku pun langsung mengambil handphone dan membuka web untuk mencari tentang pembunuhan di restaurant ini, aku mengetik ‘Pembunuhan di Dongdaemun’. Banyak sekali berita yang keluar di situs itu, lalu aku membuka salah satunya yang berjudul ‘Telah Terjadi Pembunuhan Seorang Pelajar di Dongdaemun’. Aku pun terkejut ketika melihat foto yang terpampang di berita itu, foto korbannya mirip sekali denganku, dan namanya juga mirip dengan namaku. Lalu aku membacanya, tanggal kejadinyanya tanggal 23 Februari, itu artinya minggu depan. Mana mungkin ada berita pembunuhan yang menerbitkan kejadian yang belum terjadi? Apa berita ini menginginkan aku mati? Ini sangat tidak masuk akal, dan akhirnya aku meninggalkan meja makanku dengan meninggalkan uang untuk pembayaran pesananku tadi dan aku pun pergi dari Dongdaemun dengan bertanya-tanya tentang berita yang aku baca tadi.
           
***

Kejadian minggu lalu yang terjadi di Dongdaemun sudah aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan seni minggu depan. Ketika aku berjalan melewati Dongdaemun aku melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa pikir panjang aku memasuki Dongdaemun itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di internet minggu lalu, tapi aku pun menghiraukannya. Aku berdiri tepat di depan meja mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku berada di depan mereka.
“APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN DISINI?” Tanyaku membentak.
“aah.. hmm..” Jawab Salman bingung.
“Kencan.” Jawab Cha-Cha dan merangkul tangan kiri Salman dengan mesra.
“Kencan?” Tanyaku bingung.
“Iya kencan, kau tak tahu arti kencan?” Ledek Cha-Cha.
“Kau kan tahu Cha dia tunanganku.” Kataku dan air matapun membasahi pipi ku.
“Tidak lagi sekarang, karena dia menjadi kekasihku. Bahkan sebelum kalian bertunangan. Ya kan sayang?” Cha-Cha semakin bersikap manja pada Salman. Lalu aku menatap kedua mata Salman, namun dia menunduk dan membisu.
“Tega-teganya kau menghianatiku!” Kataku pada Salman, lalu aku menyiramkan minuman yang ada didepannya ke wajahnya.
“HEI APA YANG KAU LAKUKAN?” Teriak Cha-Cha padaku setelah melihat apa yang kulakukan pada pria berengsek itu, dan membantu Salman membersihkan wajahnya dengan tisu.
“KAU DASAR WANITA JALANG.!” Bentakku balik dan aku menjambak rambut Cha-Cha. Dan Salman berusaha melepaskan tanganku dari rambut Cha-Cha ketika Cha-Cha berteriak kesakitan. Ketika jambakanku semakin kencang Salman mendorongku kebelakang, dan akupun terjatuh kelantai, aku merasakan kepalaku terbentur sesuatu dan sakit sekali, setelah aku memegang kepalaku aku melihat darah. Lalu semuanya menjadi gelap.


** Kejadian minggu lalu yang terjadi di Dongdaemun sudah aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan seni minggu depan. Ketika aku berjalan melewati Dongdaemun aku melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa pikir panjang aku memasuki Dongdaemun itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di internet minggu lalu dan aku pun berhenti sejenak untuk berfikir apa yang sedang terjadi, aku ingat sesuatu, aku seperti mengalami dejavu saat ini dimana aku akan di dorong Salman dan membentur pojokan meja makan pada tanggal 23 Februari. Aku pun berjalan kembali mendekati meja makan mereka, dengan mengontrol amarahku. Aku berdiri tepat di depan meja mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku berada di depan mereka.
“Min Jun?”. Kata Salman dan Cha-Cha berbarengan, dan mereka menggeser saling menjauh.
“Ini aku kembalikan.” Kataku pada Salman setelah aku melepaskan cincin tunanganku denganya.
“Apa maksudmu?” Tanya Salman bingung.
“Kita putus!” Jawabku dan  menjauhin meja mereka.
“Tunggu!” Aku membalikkan badan, ketika aku mendengar suara Salman.
“Oh iya, selamat atas kalian, semoga kau tidak di duakan oleh Salman, Cha.” Lalu akupun beranjak pergi dari Dongdaemun dengan pipi yang basah dengan air mata dan langsung menuju sekolahku.
Aku memutuskan Salman, karena aku tidak ingin mereka bahagia setelah aku tiada di dunia ini. Suatu hari aku akan membuktikan pada mereka, aku akan bahagia tanpa mereka sang penghianat, dan aku akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Salman.

Hari ini tanggal 24 Februari, sore ini aku langsung membuka web dan mencari berita tentang pembunuhan di Dongdaemun, sebelum aku berangkat kesekolah untuk latihan seni, dan aku tak menemukan berita itu. Lalu ketika aku melewati Dongdaemun aku melihat banyaknya pelanggan yang makan di tempat itu. Aku sangat bahagia ketika mengetahui hari ini aku masih hidup.


SELESAI

Sabtu, 11 Januari 2014

note



KEKECEWAANKU

Senang, takut, malu, bingung.
Itu perasaanku pertama kali ketika ingin berjumpa dengannya. Aku senang ketika membayangkan aku akan bejumpa dengan seseorang yang telah membuat aku jatuh cinta kembali. Tapi aku takut ketika membayangkan orang itu bukanlah orang baik-baik. Entahlah apa yang membuat aku jadi malu ketika membayangkan berjumpa dengannya. Yang jelas aku bingung jika nanti bertemu dengannya aku harus berbicara apa.
Ini pertemuan pertama kami setelah beberapa bulan kami saling mengenal. Kami saling mengenal hanya di dunia maya. Ya dunia maya, kami berkenalan lewat sms. Dan entah apa yang membuat aku tertarik dari sms pertamanya. Aku rasa itu bukan aku, aku tidak terbiasa meledenin seseorang yang tidak jelas, orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Tapi entahlah feelingku merasakan ini akan baik-baik saja.
Hingga akhirnya aku jatuh cinta padanya. Kedengarannya aneh, aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah aku temui sebelumnya. Seseorang yang selalu membuatku tersenyum ketika mendapatkan sms darinya. Seseorang yang selalu membuatku terlihat gila ketika membaca sms darinya. Bukan sms yang berisi lelucon, hanya sms biasa yang menanyakan kabar atau mengingatkan aku untuk makan siang, tapi sms itu membuat aku tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya hingga membalasnya.
Aku tak ingat jelas penyabab dan kapan aku mulai jatuh cinta padanya, yang aku ingat, aku sangat kesal dan cemburu ketika dia bercerita tentang wanitanya. Dan aku mulai merasakan hal yang aneh dalam diriku, dan menyadarinya, bahwa itu adalah cinta.
Aku hanya diam dan memandam rasa kesal ketika dia mulai bercerita dan mengeluh tentang wanitanya yang selalu membuatnya kesal dan marah. Entah apa yang membuatku ikut merasa kesal ketika dia bercerita dan mengeluh tentang wanitanya itu. Mungkin karena aku tidak rela seseorang yang aku sayangi merasa tertekan karena orang yang dia sayangi. Atau karena aku cemburu karena dia bercerita tentang wanita lain padaku. Entahlah.
Karena statusnya yang memiliki wanita itu aku tidak pernah berani untuk duluan menghubunginya, tidak berani untuk mengatakan ‘aku merindukanmu’. Itu yang membuatku pandai menyembunyikan perasaanku hingga kini. Abu-abu, warna yang kini menjadi warna favoritku, warna yang menggambarkan kepandaian seseorang menampikan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ada dihatinya. Itu kata salah satu pengajar Bahasa Inggrisku, dan ya aku membenarkan kata-katanya.
Entah minggu keberapa setelah pertemuan itu, dia dan wanitanya berpisah. Dan entah bulan keberapa setelah berpisah dengan wanitanya, aku dan dia menyatukan perasaan kami. Awalnya aku takut untuk memulai semua itu, perbedaan prisip kami membuat aku ragu-ragu untuk menjalani semua bersamanya. Tapi aku menyakinin satu hal, ‘Tuhan sudah merencanakan semuanya dan pasti bertujuan dari awal perkenalan kami dan pertemuan kami hingga kini’.
Satu hari, dua hari, tiga hari, hingga satu minggu semua berjalan dengan baik sesuai keinginan kami. Satu minggu, dua minggu hingga satu bulan, rasa takut mulai menghantuiku. Mulai ada keragu-raguan yang datang dari perbedaan prinsip kami.
Aku ingat jelas tempat dan waktu ketika keraguan itu mulai muncul kembali. Tepat satu bulannya kami di tengah guyuran hujan yang dingin, keraguanku mulai kembali. Aku tahu tak akan ada satu orangpun yang akan merestui hubungan kami, apalagi orang tua kami. Tapi dengan satu keyakinanku pada waktu yang di berikan Tuhan padaku, aku menutupi keraguanku kembali.
Bulan-bulan selanjutnya entah yang keberapa kalinya, mantan kekasihnya mulai mengusik kami lagi. Ada rasa kesal dan ingin memakinya, bukan saja aku dan dia yang wanita itu usik, tapi mantan kekasihku dan wanitanyapun diusik. Entahlah apa tujuan dia melakukan itu, tapi aku tidak memperdulikannya. Karena dia bukan orang yang penting yang seharusnya ada di kehidupanku. Dan aku percaya pada kekasihku kalau dia sudah tidak mencintai wanita itu dan dia hanya mencintaiku.
Beberapa masalah mulai muncul di kehidupan kami, dan kami bisa menyelesaikan dengan baik. Beberapa bulanpun berlalu, waktu terus berputar. Hari berganti hari dan aku semakin menyayanginya, entah rasa rindu sering hadir walaupun kami baru bertemu beberapa menit yang lalu. Dan cobaan prinsip kamipun semakin sering hadir dalam kehidupan kami, berawal dari orang tuaku, teman-temanku, keluarga besarku. Dan hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpisah.
Berat sekali rasanya berpisah dengan seseorang yang masih aku sayangi. Kami bukan berpisah karena ada orang ketiga, atau semacamnya. Kami berpisah karena adanya dua hal yang tidak pernah direstui untuk bersatu. Tapi karena rasa sayang kami satu sama lain, kamipun tidak bertahan lama untuk berpisah. Akhirnya aku dan dia kembali bersama.
Dalam hitungan minggu, tahunpun akan kembali berganti, umur kami bertambah. Itu juga salah satu penyebab masalah ini semakin membesar. Umur kami yang tidak lagi muda, kami bukan lagi anak-anak ABG yang bersama untuk main-main. Keseriusan kami untuk bersamapun tak bisa memecahkan masalah terbesar kami. Salah satu dari kami seharusnya mengalah agar kami bisa bersama-sama tanpa lagi masalah ini, tapi keteguhanku dengan prinsip yang sudah aku pegang tidak bisa melakukan pengorbanan.
Dia dulu pernah bilang padaku dan ibuku bahwa dia akan mengikuti prinsipku, hingga sekarang aku tak merasakan perubahannya untuk keseriusan dari perkataannya. Bahkan dia tak berani untuk mengatakan itu pada ayahnya. Entahlah mungkin dia tak benar-benar serius denganku atau terlalu pengecut untuk menerima resiko yang lebih besar lagi dari ini. Aku kecewa, sungguh kecewa.!
Dan akhirnya kami kini benar-benar berpisah. Tapi aku tak pernah berhenti berdoa pada Tuhan, meminta yang terbaik untuk hubungan kami, apapun itu. Aku yakin Tuhan punya rencana yang lebih indah dibalik ini semua. Dan kini hanya tinggal kenangan indah yang tersimpan dimemoriku, dan perasaan kecewa yang tersisa dihatiku.
Dan akupun sudah mengikhlaskan perpisahan kami. Karena aku yakin, jika kami tak berjodoh artinya ada pria yang jauh lebih baik dari dirinya, jauh lebih mencintaiku yang mampu melakukan pengorbanan yang lebih besar.