expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 11 Januari 2014

note



KEKECEWAANKU

Senang, takut, malu, bingung.
Itu perasaanku pertama kali ketika ingin berjumpa dengannya. Aku senang ketika membayangkan aku akan bejumpa dengan seseorang yang telah membuat aku jatuh cinta kembali. Tapi aku takut ketika membayangkan orang itu bukanlah orang baik-baik. Entahlah apa yang membuat aku jadi malu ketika membayangkan berjumpa dengannya. Yang jelas aku bingung jika nanti bertemu dengannya aku harus berbicara apa.
Ini pertemuan pertama kami setelah beberapa bulan kami saling mengenal. Kami saling mengenal hanya di dunia maya. Ya dunia maya, kami berkenalan lewat sms. Dan entah apa yang membuat aku tertarik dari sms pertamanya. Aku rasa itu bukan aku, aku tidak terbiasa meledenin seseorang yang tidak jelas, orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Tapi entahlah feelingku merasakan ini akan baik-baik saja.
Hingga akhirnya aku jatuh cinta padanya. Kedengarannya aneh, aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah aku temui sebelumnya. Seseorang yang selalu membuatku tersenyum ketika mendapatkan sms darinya. Seseorang yang selalu membuatku terlihat gila ketika membaca sms darinya. Bukan sms yang berisi lelucon, hanya sms biasa yang menanyakan kabar atau mengingatkan aku untuk makan siang, tapi sms itu membuat aku tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya hingga membalasnya.
Aku tak ingat jelas penyabab dan kapan aku mulai jatuh cinta padanya, yang aku ingat, aku sangat kesal dan cemburu ketika dia bercerita tentang wanitanya. Dan aku mulai merasakan hal yang aneh dalam diriku, dan menyadarinya, bahwa itu adalah cinta.
Aku hanya diam dan memandam rasa kesal ketika dia mulai bercerita dan mengeluh tentang wanitanya yang selalu membuatnya kesal dan marah. Entah apa yang membuatku ikut merasa kesal ketika dia bercerita dan mengeluh tentang wanitanya itu. Mungkin karena aku tidak rela seseorang yang aku sayangi merasa tertekan karena orang yang dia sayangi. Atau karena aku cemburu karena dia bercerita tentang wanita lain padaku. Entahlah.
Karena statusnya yang memiliki wanita itu aku tidak pernah berani untuk duluan menghubunginya, tidak berani untuk mengatakan ‘aku merindukanmu’. Itu yang membuatku pandai menyembunyikan perasaanku hingga kini. Abu-abu, warna yang kini menjadi warna favoritku, warna yang menggambarkan kepandaian seseorang menampikan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ada dihatinya. Itu kata salah satu pengajar Bahasa Inggrisku, dan ya aku membenarkan kata-katanya.
Entah minggu keberapa setelah pertemuan itu, dia dan wanitanya berpisah. Dan entah bulan keberapa setelah berpisah dengan wanitanya, aku dan dia menyatukan perasaan kami. Awalnya aku takut untuk memulai semua itu, perbedaan prisip kami membuat aku ragu-ragu untuk menjalani semua bersamanya. Tapi aku menyakinin satu hal, ‘Tuhan sudah merencanakan semuanya dan pasti bertujuan dari awal perkenalan kami dan pertemuan kami hingga kini’.
Satu hari, dua hari, tiga hari, hingga satu minggu semua berjalan dengan baik sesuai keinginan kami. Satu minggu, dua minggu hingga satu bulan, rasa takut mulai menghantuiku. Mulai ada keragu-raguan yang datang dari perbedaan prinsip kami.
Aku ingat jelas tempat dan waktu ketika keraguan itu mulai muncul kembali. Tepat satu bulannya kami di tengah guyuran hujan yang dingin, keraguanku mulai kembali. Aku tahu tak akan ada satu orangpun yang akan merestui hubungan kami, apalagi orang tua kami. Tapi dengan satu keyakinanku pada waktu yang di berikan Tuhan padaku, aku menutupi keraguanku kembali.
Bulan-bulan selanjutnya entah yang keberapa kalinya, mantan kekasihnya mulai mengusik kami lagi. Ada rasa kesal dan ingin memakinya, bukan saja aku dan dia yang wanita itu usik, tapi mantan kekasihku dan wanitanyapun diusik. Entahlah apa tujuan dia melakukan itu, tapi aku tidak memperdulikannya. Karena dia bukan orang yang penting yang seharusnya ada di kehidupanku. Dan aku percaya pada kekasihku kalau dia sudah tidak mencintai wanita itu dan dia hanya mencintaiku.
Beberapa masalah mulai muncul di kehidupan kami, dan kami bisa menyelesaikan dengan baik. Beberapa bulanpun berlalu, waktu terus berputar. Hari berganti hari dan aku semakin menyayanginya, entah rasa rindu sering hadir walaupun kami baru bertemu beberapa menit yang lalu. Dan cobaan prinsip kamipun semakin sering hadir dalam kehidupan kami, berawal dari orang tuaku, teman-temanku, keluarga besarku. Dan hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpisah.
Berat sekali rasanya berpisah dengan seseorang yang masih aku sayangi. Kami bukan berpisah karena ada orang ketiga, atau semacamnya. Kami berpisah karena adanya dua hal yang tidak pernah direstui untuk bersatu. Tapi karena rasa sayang kami satu sama lain, kamipun tidak bertahan lama untuk berpisah. Akhirnya aku dan dia kembali bersama.
Dalam hitungan minggu, tahunpun akan kembali berganti, umur kami bertambah. Itu juga salah satu penyebab masalah ini semakin membesar. Umur kami yang tidak lagi muda, kami bukan lagi anak-anak ABG yang bersama untuk main-main. Keseriusan kami untuk bersamapun tak bisa memecahkan masalah terbesar kami. Salah satu dari kami seharusnya mengalah agar kami bisa bersama-sama tanpa lagi masalah ini, tapi keteguhanku dengan prinsip yang sudah aku pegang tidak bisa melakukan pengorbanan.
Dia dulu pernah bilang padaku dan ibuku bahwa dia akan mengikuti prinsipku, hingga sekarang aku tak merasakan perubahannya untuk keseriusan dari perkataannya. Bahkan dia tak berani untuk mengatakan itu pada ayahnya. Entahlah mungkin dia tak benar-benar serius denganku atau terlalu pengecut untuk menerima resiko yang lebih besar lagi dari ini. Aku kecewa, sungguh kecewa.!
Dan akhirnya kami kini benar-benar berpisah. Tapi aku tak pernah berhenti berdoa pada Tuhan, meminta yang terbaik untuk hubungan kami, apapun itu. Aku yakin Tuhan punya rencana yang lebih indah dibalik ini semua. Dan kini hanya tinggal kenangan indah yang tersimpan dimemoriku, dan perasaan kecewa yang tersisa dihatiku.
Dan akupun sudah mengikhlaskan perpisahan kami. Karena aku yakin, jika kami tak berjodoh artinya ada pria yang jauh lebih baik dari dirinya, jauh lebih mencintaiku yang mampu melakukan pengorbanan yang lebih besar.

1 komentar: