expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 16 Januari 2014

Cerpen


Dejavu



Malam ini aku sedang berada di sebuah restaurant korea di dekat sekolahku. Restaurant ini bertema hanok, yang artinya rumah tradisional korea. Restaurant ini mengambil tema rumah tradisional korea, dan jika dilihat dari luar pinggiran atap melengkung ke atas, orang korea menyebutnya cheoma, dengan dinding berwarna merah, sangat mirip dengan hanok di korea. Ketika masuk aku disambut oleh seorang pelayan cantik yang memakai baju tradisional korea yaitu hanbok, dan aku melihat kertas tradisional korea yang disebut hanji terpasang di rangka jendela, pintu dan pelapis dinding. Lampu-lampu lentara berwarna-warni pun tergantung indah di langit-langit restaurant. Tempat makannya pun di lantai yang terbuat dari kayu anti rayap dengan bantal untuk duduk tanpa kursi dan meja makan yang rendah, tidak seperti restaurant lainnya yang menggunakan meja tinggi dan kursi untuk duduk. Aku mengambil tempat di dekat jendela, aku senang melihat lalu lalang diluar sana.
Makanan disini sangat lezat dibandingkan dengan tempat lain, tempat ini juga menyajikan menu kerajaan korea, seperti gujeolpan, sinseollo, doenjang jjigae, dan masih banyak lainnya. Restaurant yang belakangan ini menjadi sepi bernama Dongdaemun.  Tempat ini menjadi sepi karena nama baiknya yang tercoreng semenjak beberapa minggu yang lalu, ketika itu ada kasus pembunuhan yang katanya menewaskan seorang pelajar. Mesti begitu aku tetap suka dengan tempat ini, karena ini adalah satu-satunya restaurant korea yang terlezat di daerahku yang menjual makanan korea.
            “Min Jun, selamat datang, senang sekali anda masih datang kemari. Mau pesan apa?” Tanya salah satu pelayan tampan yang sudah hadir didepan meja makanku tanpa ku sadari.
            “Seperti biasa. Kata ku sambil tersenyum.
            San jeok, yujacha?”. Aku mengangguk pelan sebagai jawabannya, dan ia pun mencatat pesananku. “Tunggu sebentar, pesanan akan segera datang”.
            “Iya, terimakasih”. Pelayan itu pun pergi menuju dapur dan meninggalkan meja makanku.
            Aku melemparkan pandanganku ke setiap sudut restaurant ini. Masih sangat bagus, sayang sekali karena kasus pembunuhan itu tempat ini menjadi sangat sepi tidak seperti biasanya. Mungkin hanya aku yang menjadi pelanggan setianya. Kalau aku pikir, tempat ini tidak tampak angker, mungkin karena cerita orang-orang yang membuat tempat ini terkesan angker. Kata mereka korban pembunuhan itu masih berkeliaran di dalam sini dan tidak sedikit dari mereka yang melihat hantu gentayangannya. Haha, lucu sekali di zaman modernt seperti ini masih percaya dengan hal seperti itu.
“Maaf, sudah menunggu lama, ini pesanan anda, selamat menikmati Min Jun”. pelayan itu menyidangkan pesananku di meja.
            “Terimakasih. Maaf Kim”. Kataku pada pelayan yang bernama Kim sebelum ia meninggalkan mejaku.
            “Iya, apa ada tambahan?”
            “Oh ngga, aku hanya ingin bertanya, bagaimana kejadian pembunuhan pekan lalu bisa terjadi?” tanyaku penasaran.
“Oh maaf aku tidak tahu soal kejadian itu, karena waktu itu aku sedang libur.” Jawab Kim dengan menyesal tidak bisa memberi tahuku tentang kasus yang bikin aku penasaran. Aku penasaran bagaimana bisa tempat yang biasanya rame dikunjungi bisa terjadi adanya pembunuhan.
“Oh baiklah terima kasih.” Kataku lalu Kim pun meninggalkan mejaku.
Setelah beberapa lama makanan ku diamkan dan kini aku hanya memainkan sumpit dan mengacak-ngacak san jeok yang berada di piringku ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa lapar. Hanya ingin datang ketempat ini saja, karena aku kesal dengan kekasihku yang membatalkan kencan kami.
            Ketika aku sedang mengaduk-ngaduk makananku, aku sempat mendengar pembincangan dua orang perempuan yang duduk tepat dibelakangku. “Apa kau mengenal Min Jun Hae yang bersekolah di SMU depan sana?” Tanya seorang perempuan pada temannya.
            “Oh iya aku tau pelajar SMU Negeri 1 itu kan? Siswa keturunan korea itu? dia sangat cantik dan pandai. Aku pernah melihat saat acara debat antar SMU di sekolahku. Emang ada apa?” Jawab temannya.
            Mereka sedang membicarakanku? Pelajar di SMU Negeri 1 itu yang bernama Min Jun Haekan hanya aku, jadi aku yakin yang mereka bicarakan adalah aku. Pikirku, lalu aku semakin mempertajam pendengaranku untuk mendengarkan bincangan mereka berdua.
            “Kau tau pembunuhan yang terjadi disini?” “Itukan korbannya Min Jun Hae, dia di dorong oleh seorang laki-laki hingga meninggal”. Aku meninggal? Mana mungkin? Aku masih duduk disini dan masih mendengar perbincangan mereka. Gumamku
            “Ah kau tau dari siapa?”
            “Waktu itu kebetulan aku sedang makan di sini bersama kekasihku, aku melihat pertengkaran hebat antara dia dengan sepasang kekasih yang sedang makan disini. Tapi aku tidak tahu apa penyebabnya, karena tempat duduk kami berjauhan”
            “Ah mana mungkin dia membuat keributan disini”
            “Coba saja kau cari beritanya di internet, pasti ada.”
            Setelah aku mendengar perbincangan mereka aku pun langsung mengambil handphone dan membuka web untuk mencari tentang pembunuhan di restaurant ini, aku mengetik ‘Pembunuhan di Dongdaemun’. Banyak sekali berita yang keluar di situs itu, lalu aku membuka salah satunya yang berjudul ‘Telah Terjadi Pembunuhan Seorang Pelajar di Dongdaemun’. Aku pun terkejut ketika melihat foto yang terpampang di berita itu, foto korbannya mirip sekali denganku, dan namanya juga mirip dengan namaku. Lalu aku membacanya, tanggal kejadinyanya tanggal 23 Februari, itu artinya minggu depan. Mana mungkin ada berita pembunuhan yang menerbitkan kejadian yang belum terjadi? Apa berita ini menginginkan aku mati? Ini sangat tidak masuk akal, dan akhirnya aku meninggalkan meja makanku dengan meninggalkan uang untuk pembayaran pesananku tadi dan aku pun pergi dari Dongdaemun dengan bertanya-tanya tentang berita yang aku baca tadi.
           
***

Kejadian minggu lalu yang terjadi di Dongdaemun sudah aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan seni minggu depan. Ketika aku berjalan melewati Dongdaemun aku melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa pikir panjang aku memasuki Dongdaemun itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di internet minggu lalu, tapi aku pun menghiraukannya. Aku berdiri tepat di depan meja mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku berada di depan mereka.
“APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN DISINI?” Tanyaku membentak.
“aah.. hmm..” Jawab Salman bingung.
“Kencan.” Jawab Cha-Cha dan merangkul tangan kiri Salman dengan mesra.
“Kencan?” Tanyaku bingung.
“Iya kencan, kau tak tahu arti kencan?” Ledek Cha-Cha.
“Kau kan tahu Cha dia tunanganku.” Kataku dan air matapun membasahi pipi ku.
“Tidak lagi sekarang, karena dia menjadi kekasihku. Bahkan sebelum kalian bertunangan. Ya kan sayang?” Cha-Cha semakin bersikap manja pada Salman. Lalu aku menatap kedua mata Salman, namun dia menunduk dan membisu.
“Tega-teganya kau menghianatiku!” Kataku pada Salman, lalu aku menyiramkan minuman yang ada didepannya ke wajahnya.
“HEI APA YANG KAU LAKUKAN?” Teriak Cha-Cha padaku setelah melihat apa yang kulakukan pada pria berengsek itu, dan membantu Salman membersihkan wajahnya dengan tisu.
“KAU DASAR WANITA JALANG.!” Bentakku balik dan aku menjambak rambut Cha-Cha. Dan Salman berusaha melepaskan tanganku dari rambut Cha-Cha ketika Cha-Cha berteriak kesakitan. Ketika jambakanku semakin kencang Salman mendorongku kebelakang, dan akupun terjatuh kelantai, aku merasakan kepalaku terbentur sesuatu dan sakit sekali, setelah aku memegang kepalaku aku melihat darah. Lalu semuanya menjadi gelap.


** Kejadian minggu lalu yang terjadi di Dongdaemun sudah aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan seni minggu depan. Ketika aku berjalan melewati Dongdaemun aku melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa pikir panjang aku memasuki Dongdaemun itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di internet minggu lalu dan aku pun berhenti sejenak untuk berfikir apa yang sedang terjadi, aku ingat sesuatu, aku seperti mengalami dejavu saat ini dimana aku akan di dorong Salman dan membentur pojokan meja makan pada tanggal 23 Februari. Aku pun berjalan kembali mendekati meja makan mereka, dengan mengontrol amarahku. Aku berdiri tepat di depan meja mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku berada di depan mereka.
“Min Jun?”. Kata Salman dan Cha-Cha berbarengan, dan mereka menggeser saling menjauh.
“Ini aku kembalikan.” Kataku pada Salman setelah aku melepaskan cincin tunanganku denganya.
“Apa maksudmu?” Tanya Salman bingung.
“Kita putus!” Jawabku dan  menjauhin meja mereka.
“Tunggu!” Aku membalikkan badan, ketika aku mendengar suara Salman.
“Oh iya, selamat atas kalian, semoga kau tidak di duakan oleh Salman, Cha.” Lalu akupun beranjak pergi dari Dongdaemun dengan pipi yang basah dengan air mata dan langsung menuju sekolahku.
Aku memutuskan Salman, karena aku tidak ingin mereka bahagia setelah aku tiada di dunia ini. Suatu hari aku akan membuktikan pada mereka, aku akan bahagia tanpa mereka sang penghianat, dan aku akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Salman.

Hari ini tanggal 24 Februari, sore ini aku langsung membuka web dan mencari berita tentang pembunuhan di Dongdaemun, sebelum aku berangkat kesekolah untuk latihan seni, dan aku tak menemukan berita itu. Lalu ketika aku melewati Dongdaemun aku melihat banyaknya pelanggan yang makan di tempat itu. Aku sangat bahagia ketika mengetahui hari ini aku masih hidup.


SELESAI

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. kata" yg kurang baku sma ada beberapa yg aku tambahin..
    atau masih ada kata" yg masih kurang baku yah?

    BalasHapus