Dejavu
Malam ini aku
sedang berada di sebuah restaurant korea di dekat sekolahku. Restaurant ini
bertema hanok, yang artinya rumah tradisional
korea. Restaurant ini mengambil tema rumah tradisional korea, dan jika dilihat
dari luar pinggiran atap melengkung ke atas, orang korea menyebutnya cheoma, dengan dinding berwarna merah,
sangat mirip dengan hanok di korea. Ketika
masuk aku disambut oleh seorang pelayan cantik yang memakai baju tradisional
korea yaitu hanbok, dan aku melihat
kertas tradisional korea yang disebut hanji
terpasang di rangka jendela, pintu dan pelapis dinding. Lampu-lampu lentara
berwarna-warni pun tergantung indah di langit-langit restaurant. Tempat
makannya pun di lantai yang terbuat dari kayu anti rayap dengan bantal untuk
duduk tanpa kursi dan meja makan yang rendah, tidak seperti restaurant lainnya yang menggunakan meja tinggi
dan kursi untuk duduk. Aku mengambil tempat di dekat jendela, aku senang melihat
lalu lalang diluar sana.
Makanan disini
sangat lezat dibandingkan dengan tempat lain, tempat ini juga menyajikan menu
kerajaan korea, seperti gujeolpan, sinseollo, doenjang jjigae, dan masih banyak lainnya. Restaurant yang belakangan
ini menjadi sepi bernama Dongdaemun. Tempat ini menjadi sepi karena nama baiknya
yang tercoreng semenjak beberapa minggu yang lalu, ketika itu ada kasus
pembunuhan yang katanya menewaskan seorang pelajar. Mesti begitu aku tetap suka
dengan tempat ini, karena ini adalah satu-satunya restaurant korea yang
terlezat di daerahku yang menjual makanan korea.
“Min
Jun, selamat datang, senang sekali anda masih datang kemari. Mau pesan apa?”
Tanya salah satu pelayan tampan yang sudah hadir didepan meja makanku tanpa ku
sadari.
“Seperti
biasa. Kata ku sambil tersenyum.
“San jeok, yujacha?”.
Aku mengangguk pelan sebagai jawabannya, dan ia pun mencatat pesananku. “Tunggu
sebentar, pesanan akan segera datang”.
“Iya,
terimakasih”. Pelayan itu pun pergi menuju dapur dan meninggalkan meja makanku.
Aku
melemparkan pandanganku ke setiap sudut restaurant ini. Masih sangat bagus,
sayang sekali karena kasus pembunuhan itu tempat ini menjadi sangat sepi tidak
seperti biasanya. Mungkin hanya aku yang menjadi pelanggan setianya. Kalau aku
pikir, tempat ini tidak tampak angker, mungkin karena cerita orang-orang yang
membuat tempat ini terkesan angker. Kata mereka korban pembunuhan itu masih
berkeliaran di dalam sini dan tidak sedikit dari mereka yang melihat hantu
gentayangannya. Haha, lucu sekali di zaman modernt seperti ini masih percaya
dengan hal seperti itu.
“Maaf, sudah menunggu
lama, ini pesanan anda, selamat menikmati Min Jun”. pelayan itu menyidangkan
pesananku di meja.
“Terimakasih.
Maaf Kim”. Kataku pada pelayan yang bernama Kim sebelum ia meninggalkan mejaku.
“Iya,
apa ada tambahan?”
“Oh
ngga, aku hanya ingin bertanya, bagaimana kejadian pembunuhan pekan lalu bisa
terjadi?” tanyaku penasaran.
“Oh maaf aku
tidak tahu soal kejadian itu, karena waktu itu aku sedang libur.” Jawab Kim dengan
menyesal tidak bisa memberi tahuku tentang kasus yang bikin aku penasaran. Aku
penasaran bagaimana bisa tempat yang biasanya rame dikunjungi bisa terjadi
adanya pembunuhan.
“Oh baiklah
terima kasih.” Kataku lalu Kim pun meninggalkan mejaku.
Setelah beberapa lama makanan ku
diamkan dan kini aku hanya memainkan sumpit dan mengacak-ngacak san jeok yang berada di piringku ini.
Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa lapar. Hanya ingin datang ketempat ini
saja, karena aku kesal dengan kekasihku yang membatalkan kencan kami.
Ketika
aku sedang mengaduk-ngaduk makananku, aku sempat mendengar pembincangan dua
orang perempuan yang duduk tepat dibelakangku. “Apa kau mengenal Min Jun Hae
yang bersekolah di SMU depan sana?” Tanya seorang perempuan pada temannya.
“Oh
iya aku tau pelajar SMU Negeri 1 itu kan? Siswa keturunan korea itu? dia sangat
cantik dan pandai. Aku pernah melihat saat acara debat antar SMU di sekolahku.
Emang ada apa?” Jawab temannya.
Mereka sedang membicarakanku? Pelajar di SMU
Negeri 1 itu yang bernama Min Jun Haekan hanya aku, jadi aku yakin yang mereka
bicarakan adalah aku. Pikirku, lalu aku semakin mempertajam pendengaranku
untuk mendengarkan bincangan mereka berdua.
“Kau
tau pembunuhan yang terjadi disini?” “Itukan korbannya Min Jun Hae, dia di dorong
oleh seorang laki-laki hingga meninggal”. Aku
meninggal? Mana mungkin? Aku masih duduk disini dan masih mendengar
perbincangan mereka. Gumamku
“Ah
kau tau dari siapa?”
“Waktu
itu kebetulan aku sedang makan di sini bersama kekasihku, aku melihat pertengkaran
hebat antara dia dengan sepasang kekasih yang sedang makan disini. Tapi aku
tidak tahu apa penyebabnya, karena tempat duduk kami berjauhan”
“Ah
mana mungkin dia membuat keributan disini”
“Coba
saja kau cari beritanya di internet, pasti ada.”
Setelah
aku mendengar perbincangan mereka aku pun langsung mengambil handphone dan membuka web untuk mencari tentang pembunuhan di
restaurant ini, aku mengetik ‘Pembunuhan di Dongdaemun’.
Banyak sekali berita yang keluar di situs itu, lalu aku membuka salah satunya
yang berjudul ‘Telah Terjadi Pembunuhan Seorang Pelajar di Dongdaemun’. Aku pun
terkejut ketika melihat foto yang terpampang di berita itu, foto korbannya
mirip sekali denganku, dan namanya juga mirip dengan namaku. Lalu aku
membacanya, tanggal kejadinyanya tanggal 23 Februari, itu artinya minggu depan.
Mana mungkin ada berita pembunuhan yang menerbitkan kejadian yang belum
terjadi? Apa berita ini menginginkan aku mati? Ini sangat tidak masuk akal, dan
akhirnya aku meninggalkan meja makanku dengan meninggalkan uang untuk
pembayaran pesananku tadi dan aku pun pergi dari Dongdaemun dengan bertanya-tanya tentang berita yang aku baca tadi.
***
Kejadian minggu
lalu yang terjadi di Dongdaemun sudah
aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan
seni minggu depan. Ketika aku
berjalan melewati Dongdaemun aku
melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa
pikir panjang aku memasuki Dongdaemun
itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah
ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat
kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di
internet minggu lalu, tapi aku pun menghiraukannya. Aku berdiri tepat di depan meja
mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku berada di depan mereka.
“APA YANG SEDANG
KALIAN LAKUKAN DISINI?” Tanyaku membentak.
“aah.. hmm..”
Jawab Salman bingung.
“Kencan.” Jawab
Cha-Cha dan merangkul tangan kiri Salman dengan mesra.
“Kencan?” Tanyaku
bingung.
“Iya kencan, kau
tak tahu arti kencan?” Ledek Cha-Cha.
“Kau kan tahu
Cha dia tunanganku.” Kataku dan air matapun membasahi pipi ku.
“Tidak lagi
sekarang, karena dia menjadi kekasihku. Bahkan sebelum kalian bertunangan. Ya kan
sayang?” Cha-Cha semakin bersikap manja pada Salman. Lalu aku menatap kedua
mata Salman, namun dia menunduk dan membisu.
“Tega-teganya
kau menghianatiku!” Kataku pada Salman, lalu aku menyiramkan minuman yang ada
didepannya ke wajahnya.
“HEI APA YANG
KAU LAKUKAN?” Teriak Cha-Cha padaku setelah melihat apa yang kulakukan pada
pria berengsek itu, dan membantu Salman membersihkan wajahnya dengan tisu.
“KAU DASAR WANITA
JALANG.!” Bentakku balik dan aku menjambak rambut Cha-Cha. Dan Salman berusaha
melepaskan tanganku dari rambut Cha-Cha ketika Cha-Cha berteriak kesakitan.
Ketika jambakanku semakin kencang Salman mendorongku kebelakang, dan akupun
terjatuh kelantai, aku merasakan kepalaku terbentur sesuatu dan sakit sekali,
setelah aku memegang kepalaku aku melihat darah. Lalu semuanya menjadi gelap.
** Kejadian
minggu lalu yang terjadi di Dongdaemun
sudah aku lupakan. Dan sore ini aku sedang berjalan menuju sekolahku untuk latihan
seni minggu depan. Ketika aku
berjalan melewati Dongdaemun aku
melihat Salman pacarku sedang berbicara mesra dengan Cha-Cha sahabatku, tanpa
pikir panjang aku memasuki Dongdaemun
itu dan berjalan menuju meja dimana mereka sedang bermesraan.
Aku sangat marah
ketika itu, dan ketika aku berjalan hampir mendekati mereka aku melihat
kalender yang tertempel di dinding ‘23 Februari’ aku teringat berita di
internet minggu lalu dan aku pun berhenti sejenak untuk berfikir apa yang
sedang terjadi, aku ingat sesuatu, aku seperti mengalami dejavu saat ini dimana
aku akan di dorong Salman dan membentur pojokan meja makan pada tanggal 23 Februari.
Aku pun berjalan kembali mendekati meja makan mereka, dengan mengontrol amarahku.
Aku berdiri tepat di depan meja mereka, dan mereka terkejut ketika melihatku
berada di depan mereka.
“Min Jun?”. Kata
Salman dan Cha-Cha berbarengan, dan mereka menggeser saling menjauh.
“Ini aku
kembalikan.” Kataku pada Salman setelah aku melepaskan cincin tunanganku
denganya.
“Apa maksudmu?”
Tanya Salman bingung.
“Kita putus!”
Jawabku dan menjauhin meja mereka.
“Tunggu!” Aku
membalikkan badan, ketika aku mendengar suara Salman.
“Oh iya, selamat
atas kalian, semoga kau tidak di duakan oleh Salman, Cha.” Lalu akupun beranjak
pergi dari Dongdaemun dengan pipi yang
basah dengan air mata dan langsung menuju sekolahku.
Aku memutuskan
Salman, karena aku tidak ingin mereka bahagia setelah aku tiada di dunia ini.
Suatu hari aku akan membuktikan pada mereka, aku akan bahagia tanpa mereka sang
penghianat, dan aku akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Salman.
Hari ini tanggal
24 Februari, sore ini aku langsung membuka web
dan mencari berita tentang pembunuhan di
Dongdaemun, sebelum aku berangkat kesekolah untuk latihan seni, dan aku tak
menemukan berita itu. Lalu ketika aku melewati Dongdaemun aku melihat banyaknya pelanggan yang makan di tempat
itu. Aku sangat bahagia ketika mengetahui hari ini aku masih hidup.
SELESAI
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagian mana yang kamu ubah?
BalasHapuskata" yg kurang baku sma ada beberapa yg aku tambahin..
BalasHapusatau masih ada kata" yg masih kurang baku yah?
Bkin cerita yg lain..
BalasHapus