Twins
Aku sering dengar katanya kalau kita itu punya 7 kembaran,
entahlah benar atau ngga kalau kita punya 7 kembaran dengan orang lain. Tapi
aku percaya kalau di dunia ini ada orang yang mirip walau beda ibu dan ayah.
Banyak teman-temanku yang mirip dengan artis Indonesia, engga mirip persis sih,
hanya mirip dari beberapa enggel saja, dan banyak juga yang aku tahu artis
Indonesia mirip dengan artis luar negeri. Dulu waktu SMA juga aku sering di
bilang mirip sama salah satu temanku di kelas, tapi aku sendiri ngga ngerasa
dan dia juga ngga terima di bilang mirip sama aku. Entah kenapa, mungkin karena
dia dari kalangan atas dan aku hanya dari kalangan menengah. Dan aku juga ngga
peduli dengan masalah itu.
Banyak yang bilang juga kalau orang yang kembar itu punya
insting yang sama, kaya punya telepati gitu, bisa komunikasi lewat batin. Tapi
itu kalau mereka kembar siam, kembar dari 1 rahim ibu. Aku tak tahu jelas
masalah itu, karena aku ngga punya kembaran dari 1 rahim ibu.
Tapi aku menemukan satu kembaranku, kita beda ibu, beda
ayah. Tapi aku merasa punya banyak kesamaan dengannya, dari cara kami tidur,
dan beberapa kebiasaan lainnya, aku pernah beberapa kali melihat dirinya
tertidur pulas di ruang tamu tanteku, ketika subuh menjelang dia masih tertidur
pulas, aku memperhatikan tubuhnya dari ujung kaki ke ujung kepala,
memperhatikan keseluruhan gerakan kaki dan tubuhnya saat tertidur. Entahlah itu
kebetulan atau akunya saja yang mengkait-kaitkan. Kita sering jalan bersama dan
main bersama, mungkin saja karena seringnya kami bersama-sama dengan tanpa
sadar kami mengikuti kebiasaan satu sama lain. Jadi tanpa kami sadarin kami
memiliki beberapa kesamaan.
Selain kesamaan kebiasaan kami, kamipun seperti memiliki
telepati, entah dia merasakannya atau
tidak, entah ini hanya kebetulan atau bukan, tapi aku sering sekali ketika
ingin mengetahui sesuatu dari dirinya yang belum aku ketahui, tanpa aku
bertanya padanya, dia memberitahukan aku sesuatu yang ingin aku ketahui
tersebut.
Tapi semua itu hanya bertahan saat hubungan kami baik-baik
saja. Kini hubungan kami memburuk, kami semakin hari semakin menjauh, dan semua
tentang kesamaan kita telah sirna, seperti debu yang tertiup angin di musim
panas, tidak tahu butiran-butiran itu berterbangan kemana. Kesamaan yang kami
miliki benar-benar sudah tidak ada, benang merah yang dulu menyatukan pikiran
kami sekarang kusut dan tidak tahu dimana ujung menang merah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar