Malaikat Tanpa Sayap
Tentang para penyihir, saya tidak
berpikir bahwa kekuatan mereka benar-benar nyata.
Thomas Hobbes, Leviathan
Kau
tahu hal apa yang menyedihkan? Yaitu ketika kau mempunyai sesuatu yang sama
dengan yang lain, namun kau tak dapat mempergunakan itu seperti yang lainnya. Itu yang aku alami sejak aku berumur 5 tahun, dan kini umurku
20 tahun,
tapi aku tidak bisa menggunakan seluruh tubuhku dengan sempurna. Setiap aku
melihat bayangan diriku di air jernih aku merasa aku tak pantas untuk memiliki itu, yang tak dapat berguna untuk diriku
sendiri.
Malam
ini malam pembebasan para gadis-gadis, dimana para gadis-gadis dapat pergi dari
rumahnya, kotanya bahkan dari alam ini. Mereka yang berumur 20 tahun dapat pergi bebas
untuk mencari para lelaki untuk pasangan hidupnya kelak. Jika sang gadis
berhasil membawa seorang lelaki yang menyukainya ke rumah sang gadis, maka
mereka akan dinikahkan.
“Sayang,
apa yang kau lakukan disini? Kau tidak ikut kumpul bersama yang lain?”
Terdengar suara wanita yang sangat ku kenal, dan membuyarkan lamunanku. Aku
membalikkan tubuhku dan memastikan siapa yang datang.
Aku
melihat seorang wanita separuh baya yang sedang berjalan mendekatiku “Ibu?”
Lalu ibuku merangkul tubuhku dan duduk di sebelahku.
“Kenapa
sayang?”
“Tak
apa bu.”
“Kau
kenapa tak bersama yang lain?”
“Untuk
apa bu? Untuk membiarkan yang lain menertawakan ku?” Aku melepaskan rangkulan
tangan ibuku.
“Yakinlah
nak, suatu saat nanti ada seorang yang datang mencintaimu dengan kekuranganmu.”
“Bagaimana
mungkin bu? Bahkan malam ini saja aku tak dapat pergi dengan kekurangan yang
aku punya.”
Air mata yang ku tahan sejak tadi akhirnya membasahi pipiku. Dan ibuku
merangkulku kembali dengan menyenderkan kepalaku ke pundaknya.
“Kau
bisa pergi tanpa itu, kau bisa
berjalan atau menggunakan yang lain. Itu
hanya membantumu untuk mempersingkat perjalananmu.” Ibuku mengelus rambut panjangku dengan lembut.
“Tapi
bu, para lelaki bukannya memilih para gadis karena itu. Bukankah pertama yang dilihat para lelaki adalah kecantikan itu?”
“Bukankah
ibu sudah bilang tadi padamu? yakinlah suatu saat ada seseorang yang datang
mencintaimu dengan kekuranganmu.”
Lalu ibuku memeluk erat tubuhku.
Masih
dalam pelukan ibuku, aku dan ibuku melihat banyak bayangan terbang dari air
sungai di depan kami, dan ketika itu air mataku semakin deras dan aku tak
berani untuk menatap lagit di atas. Anginpun bertiup dengan kencang sehingga
aku memeluk tubuhku sendiri untuk menghangatkannya.
“Sudah
malam sayang, ayo kita pulang, udara di sini semakin dingin, dan mereka juga
sepertinya sudah pergi.”
Aku dan ibuku berjalan bersama menuju rumah kami.
* * *
Hari
ini hari ketujuh sejak mereka pergi dari sini, namun belum seorangpun yang
datang dari perjalanan itu. Aku duduk menatap langit gelap dari dalam kamarku
dan melihat banyaknya gagak berterbangan di luar sana. Bulan malam ini
menampakkan dirinya dengan sempurna, aku senang ketika bulan purnama
menampakkan dirinya di atas sana, karena setiap bulan purnama datang tak ada
seorangpun yang dapat keluar untuk memamerkan itu. Aku menatap bulan cantik itu dengan bahagia, dan aku bangkit
dari tempatku dan beranjak keluar rumah.
Setiap
bulan purnama aku selalu keluar rumah. Aku melangkahkan kakiku dengan semangat,
melihat orang-orang yang berjalan dengan lunglai. Mungkin mereka lelah berjalan
semalaman, karena mereka tak biasa dengan berjalan kaki. Hanya aku, ya hanya
aku dialam ini yang selalu berjalan kaki setiap harinya. Mungkin hanya malam
dimana bulan purnama menerangi langit aku bisa tersenyum bahagia.
Orang-orang
di sekelilingku menatapku dengan kebencian, aku dapat melihatnya dari warna
mata mereka yang terlihat berubah-ubah dari warna biru langit menjadi abu-abu.
Warna biru langit menandakan bahwa mereka telah lelah, dan warna abu-abu
menandakan bahwa mereka membenci apa yang mereka lihat.
Tapi
mungkin hanya beberapa orang yang dapat melihat warna mataku menandakan
kebahagiaan, karena tak banyak yang mempunyai kelebihan untuk dapat melihat
hati seseorang. Setelah aku merasa hatiku cukup bahagia, aku kembali berjalan
menuju rumah. Ketika di tengah perjalanan aku mendengar suara gagak berkoak,
namun ketika aku melihat ke langit aku tak melihat seekorpun gagak yang
terbang. Suara itu semakin jelas dan terdengar seperti kesakitan, aku berhenti
berjalan dan mencari sumber suara itu. Aku mendengar suara itu dari arah
semak-semak, aku terus mencari dan..
“Toloong…”
gagak itu berkata ketika aku berhasil menemukannya tersangkut di semak-semak.
“Kau kenapa?” tanyaku membantunya
melepaskan ranting semak-semak dari sayapnya.
“Aku terjatuh ketika aku terbang
bersama yang lain, dan aku tak dapat menggerakkan sayapku.” gagak cantik itu
meneteskan air matanya.
“Mungkin sayapmu patah, aku kan
membawamu kerumahku dan akan merawatmu hingga kau dapat terbang kembali.” Setelah sayapnya lepas
dari ranting-ranting itu aku memegang gagak itu dengan hati-hati agar sayapnya
tak semakin parah.
“Terima kasih, kau baik sekali. Kau
berbeda dengan yang lainnya.”
Ya kaumku memang tak banyak yang berbuat kebaikan walaupun kesesamanya, malah
banyak dari kaumku lebih bahagia ketika melihat yang lain kesakitan. Dan aku
korban kebahagiaan dari banyak kaumku yang bahagia melihat yang lain kesakitan.
“Karena aku dapat merasakan
kesakitan yang kau alami.”
jawabku.
“Maksudmu?” tanya gagak dengan
penasaran. Lalu aku bercerita banyak tentang diriku yang memiliki kekurangan
dan menjadi bahan tawaan di lingkunganku.
Ketika kami sampai di rumahku aku
langsung mencari ibuku dan kotak obat untuk memperban sayap gagak yang terluka
itu. Ibuku tak masalah jika aku merawat gagak cantik yang terluka ini.
*
* *
Setelah beberapa hari aku merawat gagak itu,
akhirnya sayap gagak itu sembuh. Ibu memintaku untuk membebaskan gagak tersebut
di alam bebas. Sebelum aku pergi ketempat dimana aku menemukan gagak itu, aku
mengajaknya ke danau tempat biasa aku menyendiri. Aku duduk di pinggiran danau
dengan memeluk kedua kakiku yang aku
tekuk di depan dadaku dengan kedua tanganku, dan si
gagak berdiri dengan kedua kakinya di
atas milikku itu.
Di
sinilah aku bercerita pada gagak itu apa yang terjadi ketika aku menangis dalam
pelukan ibuku malam itu. Dan gagak membenarkan kata-kata ibu ku, agar aku pergi
keluar mencari cinta sejatiku yang dapat menerima kekuranganku.
“Tapi aku tak siap, apakah ada
seorang lelaki yang tertarik dengan kekuranganku?” aku menangis di atas kedua
lututku dengan menutupi wajahku.
“Kau tak siap karena kau tak yakin,
percayalah kau akan menemukan cinta sejatimu dengan kelebihanmu yang lain.
Bukankah kau sebangsa wareayes
Darkly? dan pergunakanlah kelebihanmu itu. Bukankah itu mudah? Kau dapat
melihat ketulusan seseorang dari matanya.”
gagak itu meyakinkanku.
“Tapi aku tak dapat melihat cinta
seseorang dari matanya.” Aku kembali bersedih.
“Namun kau dapat melihat ketulusan
seseorang bukan? Cinta dapat terlihat dari ketulusannya.”
Aku
tersenyum membenarkan kata-kata gagak itu. Wareayes adalah
sebangsa angel yang dapat melihat
hati seseorang dari warna mata orang tersebut.
* * *
Setelah aku berfikir panjang
perkataan gagak itu, akhirnya aku memberanikan diri untuk meninggalkan alam
ini, aku pulang kerumah dan bercerita pada ibuku. Mereka sangat senang karena
aku kini percaya diri dengan kekurangan yang aku miliki. Setelah aku
membebaskan gagak itu aku pergi melewati hutan kayu yang gelap, setelah
beberapa lama aku berjalan didalam hutan kayu gelap itu, aku melihat cahaya
putih di depan sana. Aku yakin itu pasti kota cahaya, aku mempercepat langkah kakiku. Dan
kini aku memasuki hutan rimbun nan indah dengan bunga warna warni yang
menghiasi, aku yakin aku sudah di luar kota kegelapan, dan kini aku memasuki
kota cahaya.
Di luar hutan aku melihat banyak penghuni
kota cahaya beraktifitas. Setelah
aku keluar hutan mereka melihatku dengan rasa takut, dan aku tersenyum sinis.
Hanya di sini kaumku benar-benar di takuti, dan aku yakin mereka tidak tahu
bahwa aku memiliki kekurangan, jika mereka tahu mereka tak akan terlihat
ketakutan seperti itu.
Aku berjalan perlahan dan
mengembangkan sayapku. Sayap dengan bulu berwarna hitam pekat milikku ini
benar-benar membuat para white angel
ketakutan, mereka mundur perlahan menjauh dariku.
“Cantik sekali sayapnya” bisikkan salah satu white angeli (panggilan untuk angel
wanita).
“Benar,
tapi kenapa dia keluar dari hutan dan berjalan kaki?” bisik white angeli lainnya.
“Bukankan
para dark angeli sedang mencari angelo (panggilan untuk angel pria)
untuk di nikahkan? Mungkin dia berjalan dan memamerkan kecantikan sayapnya untuk
mencari angelo dari kota kita, dan aku melihat 3 dark angeli lainnya keluar dari hutan
kemarin”
Diam-diam
aku mendengar dua angeli itu sedang
berbisik, aku tersenyum tipis ketika salah satu dari mereka berkata seperti
itu. Mereka tak tahu bahwa aku tidak dapat terbang dengan sayap indahku ini.
Jika mereka tahu pasti aku sudah di ejek oleh mereka. Mana ada angel dengan sayap indah tak dapat terbang?
Baru
beberapa menit aku berjalan sudah banyak white
angelo yang mengikutiku. Aku berhasil
membuat mereka tertarik dengan kecantikan sayapku yang tak berfungsi ini.
Dan aku harus mendapatkan angelo yang
benar-benar bisa menerima kekurangan sayapku ini. Lalu aku berhenti dan memutar kepalaku kebelakang
untuk memastikan berapa banyak angelo
yang berhasil mengikutiku. Merekapun ikut berhenti dan tersenyum denganku, aku
menghampiri salah satu dari mereka dan menggodanya. Aku meraba dadanya yang sixpack dengan jari-jari tangan kiriku,
dan merangkul tubuhnya dengan sayap kiriku. Ini taktik untuk menarik perhatian angelo. Tapi ketika sedang menggoda angelo itu, tiba-tiba ada dark angel yang sedang berjalan di
kerumunan angelo-angelo yang
mengikutiku tadi.
“Hai
Darkly” sapa 3 dark angeli yang
menghampiriku.
“Tsi,
Loren, Via, kenapa kalian ada disini?” tanyaku tekejut, lalu aku mundur dari angelo yang aku goda tadi.
“Sama sepertimu, mencari angelo kota cahaya untuk kami bawa pulang” jawab Tsi.
“Berapa lama kau terbang untuk menuju kemari? Sudah banyak
saja angelo yang mengikutimu” ledek
Via.
Hitam pekat, batinku dan mulai menjauhi kerumunan ini perlahan.
“Apa kalian tahu, sayap yang indah ini tidak
berfungsi, untuk apa kalian berkumpul mengagumi pajangan yang tak berguna ini?”
Loren mulai mendekatiku dan menyentuh ujung sayapku.
“Tak berfungsi? Maksudmu?” tanya salah satu white angelo yang tadi mengikutiku. Dan aku
sedikit mempercepat langkahku untuk menjauhi kerumunan ini. Aku tahu Tsi, Via,
dan Loren punya niat jahat denganku. Warna mata hitam pekat, warna asli dari
mata para angel, yang menandakan
ketulusan atau kejahatan.
“Kenapa kau menjauh sayang?” tanya Loren yang semakin
mendekatiku dan senyuman jahatnya membuat aku lari kencang kedepan untuk
menjauhi kerumunan itu. Cukup di kotaku saja aku menjadi olokkan semua angel karena tak berfungsinya sayapku
ini. Aku mendengar tawa dibelakang sana, aku yakin mereka semua menertawakanku.
Aku berlari kencang dengan banjiran air mata dipipiku tanpa memperhatikan
sekelilingku, dan dengan perlahan aku mengkuncupkan sayap indahku.
“Kenapa lari sayang”. Lariku terhenti ketika melihat
Via yang berdiri tiba-tiba didepanku. Dan tanpa aku sadari aku mengecilkan
tubuhku dan air mataku semakin deras turun dari mataku, aku sungguh takut, aku
telah salah keluar jauh dari kota kegelapan, aku sungguh dan berdaya dan malu
dengan semua ini. Loren dan Tsi mulai berjalan mengitariku, dan para White Angel memperhatikan kami, mereka
hanya bisa liat aku di bully dengan 3 angeli
dari kaumku sendiri. Mereka tak bisa menolongku, karena aku yang disakiti oleh
kaumku sendiri.
Aku memejamkan mata dan terus berlari sebisaku untuk
menjauhi mereka kembali.
Bruuugg… aku merasakan kakiku menyelandung sesuatu dan
aku merasakan tubuhku terjatuh…
***
Aku melihat cahaya terang di luar sana, aku membuka
mataku perlahan. Putih, semua ruangan terlihat putih. Dimana aku? Tanyaku dalam hati. Aku tak tahu aku berada dimana,
semua yang ada di ruangan ini terasa asing.
“Kau sudah sadar?” terdengar suara laki-laki dari arah
pintu ruangan. Dia berjalan perlahan mendekatiku dengan membawa makanan dan
minuman di kedua tangannya. Aku perlahan membangkitkan tubuhku.
“Aw...” aku merasakan sakit di punggungku.
“Pelan-pelan, sepertinya tulang sayapmu patah.” Laki-laki
itu menaruh makanan dan minuman di atas meja dekat tempatku berbaring. Dan laki-laki
itu membantuku untuk duduk.
“Aku dimana?” tanyaku masih bingung.
“Apa kau malaikat?” ia berbalik tanya dan tak menjawab
pertanyaanku. Aku hanya diam mengerutkan dahiku.
“Saat aku di balkon atas aku mendengar sesuatu jatuh di belakangku, saat aku lihat itu kau. Aku lihat tanganmu terluka, dan tulang sayapmu sepertinya patah, jadi aku membawamu masuk ke kamar apartementku. Aku merawat lukamu, dan memperban tulang sayapmu yang patah. Jadi apa kau benar-benar malaikat?” Laki-laki itu memperhatikan seluruh tubuhku dan sayap belakangku dengan seksama.
“Saat aku di balkon atas aku mendengar sesuatu jatuh di belakangku, saat aku lihat itu kau. Aku lihat tanganmu terluka, dan tulang sayapmu sepertinya patah, jadi aku membawamu masuk ke kamar apartementku. Aku merawat lukamu, dan memperban tulang sayapmu yang patah. Jadi apa kau benar-benar malaikat?” Laki-laki itu memperhatikan seluruh tubuhku dan sayap belakangku dengan seksama.
“Apa kau yang melakukan itu semua sendiri?” Laki-laki
itu hanya menganggukkan kepalanya pelan. Lalu aku menyilangkan kedua tanganku
untuk menutupi dadaku.
“Tenang, aku tak menyentuh bagian tubuhmu yang itu,
aku tak berani menyentuhnya, jadi aku tak mengganti pakaianmu beberapa hari ini”.
Setelah beberapa lama kami berbincang, aku tahu kini
aku berada di bumi, sepertinya saat aku berlari aku melewati pintu antara
langit dan bumi, lalu aku terjatuh ke bumi. Tak banyak yang tahu dimana pintu
itu, tapi memang beberapa angel
terkadang turun kebumi untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya aku tak tahu
pasti apa yang mereka lakukan. Dan kini aku bingung bagaimana aku bisa kembali
kelangit? Terbang saja aku tak bisa. Dan apakah ibuku tahu bahwa aku berada di
bumi? Akupun mulai menangis di balik kedua telapak tanganku.
“Kau kenapa?” tanya laki-laki itu bingung.
“Aku tak tahu bagaimana aku bisa kembali keduniaku Ryan.”
Ryan, manusia penolong ku itu mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, dan memeluk
tubuhku hati-hati. Ketika tidak ada perlawanan dariku, ia mulai mengelus rambut
panjangku dengan lembut untuk menenangkanku.
Perlahan aku melepaskan tubuhku dari pelukkannya, lalu
aku memperhatikan kedua matanya. Hitam pekat,
batinku, dan aku perlahan menjauhi tubuhnya.
“Kenapa?” Ryan mengerutkkan dahinya penasaran, mengapa
aku tiba-tiba menjauhi dirinya.
“Tidak apa, bisa kau tinggalkan ku sendiri.” Tanpa banyak
tanya Ryanpun bangkit dari tempat duduknya.
“oh iya itu jangan lupa kau makan, sudah dua hari kau
pingsan, kau pasti lapar dan butuh makan.” Setelah ia melihat anggukkan
kepalaku, iapun pergi meninggalkan aku sendiri di kamarnya.
Aku harus hati-hati dengannya, karena aku tidak bisa
membedakan hati yang tulus dan jahat. Keduanya terlihat sama, yaitu hitam pekat
***
Setelah satu tahun aku disini dan aku sudah merasa
baikkan dengan tubuhku, aku perlahan berjalan menaiki anak tangga menuju balkon
atas yang pernah Ryan ceritakan padaku. Entah apa yang bisa aku lakukan di
sini, aku tak bisa terbang dan akupun tak tahu dimana pintu menuju alamku itu. Apakah
ibuku mencariku selama ini? Aku mulai menangis kembali memikirkan sesuatu yang
tidak bisa aku lakukan.
“Kau disini rupanya?” aku mendengar suara laki-laki
yang sudah tak asing lagi ditelingaku. Lalu aku menghapus air mataku dan
membalikkan tubuhku untuk melihat laki-laki di belakangku. Dan aku tersenyum
ketika melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi itu tersenyum dan berjalan
mendekatiku padaku.
“Kau tidak apa-apa sayang?” tanyanya dan membelai
lembut kepalaku. Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum padanya, memberi tahu
bahwa aku tidak apa-apa.
“Kau rindu ibumu?” tanyanya kembali. Dan aku hanya
bisa tersenyum sedih menjawab pertanyaannya. Iapun hanya bisa memelukku,
menenanggkanku.
“Yasudah kita kembali kekamar yuk, udara disini mulai
dingin. Dan sekarang sudah waktunya makan malam.” Dan kamipun turun
meninggalkan malam gelap yang dingin ini.
Kami kembali kekamar dan sedihkupun memudar ketika
melihat malaikat kecilku tidur di box bayi dengan senyuman diwajahnya.
Setelah satu bulan aku jatuh kebumi dan aku tidak bisa
kembali kelangit aku memutuskan untuk menetap dan tinggal bersama Ryan. Lalu kami
menikah setelah dua bulan kami tinggal bersama dan saling jatuh cinta. Kini
kami memiliki malaikat kecil, Rose buah hati pertama kami yang telah hadir di
bumi satu minggu lalu. Setelah memutuskan untuk menetap di bumi, Ryan
membantuku untuk memotong sayapku. Dan kini aku menjadi malaikat tanpa sayap,
mereka menyebutnya manusia.
aku suka cara cerita kamu ini.. banyak kutipan2 bagus n emosi dari ceritanya dapet.. cma mnrt aq banyak kata belakang "ku" yg d ulang2.. klau buat aq tu rada gmn gtu... aq jg bru tau ad angel yang bsa liat ktlsan hati seseorang hehe... kren lah ini temanya, dan aku suka klimat terakhi, "kini aku menjadi malaikat tanpa sayap, mereka menyebutnya manusia".. tlis lagi lah yg lain, yang konfliknya lebih mendebarkan dari ini..
BalasHapusemang cara cerita aku gimna?
BalasHapushaduh aku males bacanya lagi buat revisinya berasa absurd banget ceritanya. hahahaa....
aku jga ngga tau itu dpt jenis angel dari mna. dah lama soalnya ini catetan, aku cma lanjut endingnya aja. hheu
siap.. numpuk nih ide d otak. hehe